Rupiah Hari Ini Gagah, Dibanderol 15.500 per USD
MGO55 , Jakarta Nilai ganti (kurs) rupiah gagah pada Rabu pagi. Rupiah kuat sejumlah 1,24 % atau 195 point jadi 15.500 per USD dari awal sebelumnya 15.695 per USD.
Riset pasar mata uang Lukman Leong mengatakan pengokohan kurs rupiah karena melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) sesudah data inflasi AS lebih rendah dari prediksi.
“Rupiah kuat pada dolar AS yang menurun tajam sesudah data inflasi AS lebih rendah dari prediksi. Inflasi AS month to month (MoM) 0 % dengan prediksi awalnya 0,1 %, dan year on year (YoY) 3,2 % dengan harapan 3,3 %,” kata Lukman d ikutip dari Di antara, Rabu (15/11/2023).
Menyaksikan sentimen dari dalam negeri, investor menunggu data perdagangan Indonesia yang hendak launching pada Rabu ini.
Neraca perdagangan Indonesia
Neraca perdagangan Indonesia diprediksi surplus sekitaran USD 3 miliar, tapi export dan import diprediksikan turun masing-masing -15,35 % dan -7,4 %.
Disamping itu, aktor pasar menanti beberapa data ekonomi dari China seperti pemasaran retail dan produksi industri. Produksi industri China diprediksi bertambah 4,4 % dan pemasaran retail naik 7 %.
Awalnya, pada minggu kemarin, kegiatan export MGO303 China pada Oktober 2023 memperlihatkan pengurangan melewati kesepakatan pasar, yaitu -6,4 % dengan kesepakatan -3,3 %.
China memberikan laporan terjadi deflasi yang dapat disimpulkan pengurangan keinginan dan perlambatan ekonomi di negara itu.
“Nilai ganti rupiah ini hari sekitar 15.500-15.600 per USD,” katanya
Kurang Sentimen, Rupiah Hari Ini Riskan Menurun ke 15.750 per Dolar AS
Nilai ganti rupiah pada dolar AS pada Selasa pagi kuat sebesar 0,04 % atau 6 point jadi 15.695 per dolar AS dari awal sebelumnya 15.701 per dolar AS.
Pemerhati pasar uang Ariston Tjendra MGO777 memprediksikan kekuatan melemahnya rupiah pada Selasa ke 15.750 per dolar Amerika Serikat (AS) dengan kekuatan dukungan disekitaran 15.680 per dolar AS.
“Tidak ada sentimen baru untuk gerakan rupiah (pada) dolar AS dari tempo hari sampai pagi hari ini . Maka, rupiah tetap mempunyai potensi menurun pada dolar AS hari ini ibarat tempo hari,” tutur ia d ikutip dari Di antara, Selasa (14/11/2023).Menurutnya, beberapa aktor pasar tetap memberi konsentrasi pada peraturan suku bunga tinggi AS, permasalahan di Lajur Gaza Palestina, dan perlambatan ekonomi China.
Gubernur Bank Sentra AS Jerome Powell sebelumnya sempat buka kesempatan peningkatan suku bunga referensi AS kembali untuk turunkan tingkat inflasi AS yang hingga kini belum juga turun ke tingkat sasaran 2 %.
Berkaitan ekonomi Negeri Gorden Bambu, pada minggu kemarin, kegiatan export China pada Oktober 2023 memperlihatkan pengurangan melewati kesepakatan pasar, yaitu -6,4 % dengan kesepakatan -3,3 %.
China memberikan laporan terjadi deflasi yang dapat disimpulkan pengurangan keinginan dan perlambatan ekonomi di negara itu.
Menunggu Data Inflasi AS
Malam hari ini, pasar menunggu data inflasi customer AS bulan Oktober 2023. Data ini dinanti pasar karena terkait kuat dengan harapan peraturan suku bunga AS di depan. Karenanya, nilai ganti rupiah pada dolar AS tetap berkonsolidasi.
“Inflasi diprediksi 3,3 % yoy (year on year) dari awal sebelumnya 3,7 %,” sebut Ariston